Agenda Training

Ikutilah!!! >>>> Training dan Workshop Fikih Muamalah on Islamic Banking and Finance Level Intermediate (Angkatan 84) 6 - 7 Februari 2014 # Workshop Nasional Notaris Syariah 24 - 25 Januari 2013 # Workshop Hybrid Contracts pada Produk Perbankan Syariah 13 - 14 Maret 2013 Hub. Sdr. Joko (082110206289). BURUAN DAFTAR

Training

Training

Perbankan Syariah Perlu Inovasi Produk

By Republika Newsroom
Selasa, 30 Juni 2009 pukul 16:01:00

JAKARTA - Dibanding negara lain produk keuangan syariah Indonesia belum beragam seperti halnya di negara lain. Namun untuk inovasi produk bank syariah Indonesia bisa mengembangkan produk real estate investment trust (REIT). Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Direktorat Perbankan Syariah BI, Mulya E Siregar dalam seminar Trend Produk Keuangan dan Investasi Syariah Masa Depan-Merespon Krisis Ekonomi Global di Universitas Paramadina, Selasa (30/6).


Ia mengakui saat ini inovasi produk perbankan syariah di Indonesia masih berjalan lambat dan baru seputar tabungan atau deposito. Untuk itu, lanjutnya, terdapat tantangan untuk mengembangkan produk salah satunya dengan pengembangan REIT syariah.

Namun, lanjutnya, untuk mengembangkan produk tersebut permasalahan pajak ganda harus diatasi terlebih dulu. "Harus ada rezim pajak yang akomodatif baru bisa terapkan itu," kata Mulya.

Dalam penelitian yang dilakukan Kuwait Finance House pada 2007 Indonesia masuk dalam cluster tiga, sementara negara yang sudah cukup inovatif produknya berada di cluster empat seperti Malaysia, Kuwait, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi.

Penelitian tersebut berdasar pada inovasi bisnis, inovasi pasar, eksplorasi potensi pasar. Meski demikian, tambahnya, produk perbankan syariah Indonesia yang belum terlalu inovatif membuatnya cukup tahan terhadap krisis. "Dari sisi keuangan Indonesia tidak terlalu terkena dampak krisis karena sebagian besar ke sektor riil," kata Mulya.

Untuk itu, paparnya, penambahan modal ke sektor riil menjadi penting karena bisa melindungi perekonomian domestik. Selain itu yang dapat menjadi pelajaran bagi perbankan syariah di tengah krisis ini adalah pembenahan tata kelola perbankan dan basis serta orientasi perbankan ke UKM. "Supaya produk bisa berkembang perlu adanya peningkatan pemahaman bankir akan sektor riil, kelengkapan infrastruktur pasar dan insentif regulasi sehingga bankir bisa inovasi produk yang pro dengan sektor riil," kata Mulya.

Sementara itu, Kepala Divisi Riset dan Manajemen Proyek Karim Business Consulting, Alfi Wijaya mengatakan tantangan bagi perbankan syariah adalah dengan mengubah paradigma dalam memasarkan produk tak berdasar halal-haram. "Dalam memasarkan produk jangan tentang perbedaan halal-haram karena tidak akan laku. Justru yang ditawarkan adalah kesamaan dengan bank konvensional," kata Alfi.

Dalam hal ini, lanjutnya, perbankan syariah harus bisa memberi layanan dan produk seperti bank konvensional. Hanya saja bank syariah memiliki keunikan dimana prinsipnya sesuai dengan syariah. "Backgroundnya syariah tapi foreground-nya benefit yang ditawarkan," ujar Alfi.

Dengan demikian, tambahnya, bank syariah harus bisa menjawab dengan benefit dan memiliki tingkat kompetensi yang lebih baik dari bank konvensional. Menurutnya, hal tersebut dapat dilakukan dengan inovasi produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah. Tercatat saat ini terdapat lima bank syariah, 25 unit usaha syariah dan 133 BPRS. gie/kpo

0 komentar: